Search This Blog

13.7.10

Aku Ingin Hidup Di Mata Kakak


PANAS !! Siang itu surabaya begitu panas, matahari tampak begitu marah entah mengapa ,jika itu mata mungkin seperti mata orang yang sedang sakit mata. Asap hitam bercampur debu dari ratusan bahkan ribuan kendaraan membuat panas pengap surabaya kala itu.

Seorang pemuda kaos putih celana jeans biru dengan tas ransel di punggungnya dan bermata coklat dengan bulu mata lentik bila orang memandangnya pasti merasa teduh,nyaman, sedang duduk dengan tenang di sebuah halte. Hingar bingar suara berisik kendaraan tidak mengurangi ketenanganya. Kedua tanganya memegang koran,matanya bergerak kekanan kekiri mengisyaratkan mengamati sesuatu. Sesekali ia melirik ke kejauhan sana, ke perempatan jalan. Berharap bus jurusan ke kerumahnya datang. Ia telah bersabar selama satu jam. Tiba-tiba ia dikejutkan suara teriakan-teriakan amarah.

Copet! Copet!Tangkap copet itu!tangkap jambret kecil itu! Tangkap! Seketika ia berhenti membaca, ia memandang ke arah suara. Di kejauhan, seoarang bocah lari terbirit-birit. Ia terus berlari sekencang-kencangnya sepanjang trotoar ke arahnya. Tangan bocah itu memegang dompet panjang wanita warnah merah. Terus berlari dengan wajah tak karuan dan pucat. Sementara di belakangnya beberapa orang mengejarnya dengan wajah wajah geram. Bocah itu terus berlari dan begitu sampai di depanya ia terjatuh. Ia tidak melihat ada lubang di situ. Ia meringis kakinya terkilir,matanya berkaca-kaca. Darah mengalir dari lututnya, nafasnya ngos-ngosan. Bocah itu merintih dan mengadu. Ia tak kuat lagi untuk berlari. Ia mencoba untuk bangkit dan berdiri. Wajahnya yang liar kotor, tak karuan begitu cemas dan ketakutan. Orang-orang yang mengejarnya semakin dekat. Wajahnya pucat darahnya terasa beku.

Pemuda itu langsung tanggap apa yang terjadi. Bocah itu berjalan tertatih-tatihtepat di depanya sambil memandang ke arah orang-orang yang siap menggebukinya, menghakiminya. Ia tak karuan, takut bukan kepalang, tubuhnya gemetaran,bahkan ia sampai kencing di celana membasahi kakinya yang kurus dan penuh luka. Ia mendekap dompet merah erat-erat. Matanya kadang menatap penuh harap ke pemuda yg jika dilihatnya ia merasa teduh. Matanya berkaca-kaca tidak jarang juga meneteskan air. Para pengejar teriak dengan geramnya dan sorot mata penuh amarah. Ia mengigil ketakutan seolah ia dibayangin kematian.
Seketika pemuda itu dengan cepat berdiri dan menarik bocah itu.

“Dik, sini cepat!”

Bocah itu langsung mendekapnya erat-erat. Pemuda dengan mata teduhnya berdiri tegak menanti para pengejar datang. Bocah itu merapatkan badanya ke pemuda itu, dengan harapan pemuda itu akan melindunginya dari tangan-tangan orang-orang yang hendak menyakitinya. Para pengejar tinggal beberapa meter di depanya . Bocah itu sangt ketakutan. Ia menjatuhkan tasnya.

“Itu copetnya,ayo kita kasih pelajaran biar tau rasa dan kapok!”seru laki-laki berkumis tebal sambil berlari mendekati bocah yang ada di dekapan pemuda kurus berkaos putih.

Tangkap dan pelintir tanganya biar kapok!”teriak seorang anak muda berjaket jeans biru.

Pemuda berkaos putih tetap diam dengan hati tenang sambil tangan kirinya memegang pundak bocah itu. Ketika para pengejar itu sudah berada di hadapanya dengan mata teduhnya, pemuda itu berkata,

“Bapak-bapak mohon sabar, mohon tidak main hakim sendiri?”

“Maling kecil itu sangat keterlaluan! Dia mencopet dompet gadis itu. Dia harus diberi pelajaran!" sahut laki-laki berkumis tebal sambil jarinya menunjuk seorang gadis berjilbab yang sedang berlari menuju ke arahnya. Pemuda itu tidak tinggal diam, ia langsung mencegah dengan suara tegas.

“Tunggu Pak! Itu dompetnya silahkan ambil! Anak ini biar saya yang mengurusnya”

“Tidak bisa!Dia sangat kurang ajar dan harus dihajar!”

Bentak seorang anak muda sambil mengayunkan tangan hendak menampar wajah bocah itu. Dengan reflek pemuda itu menarik bocah kecil mundur kebelakang sehingga tamparan itu meleset.

“Tolong saudara jangan main hakim sendiri ya” Jika saudara sampai menyakiti bocah ini saudara akan saya tuntut atas dakwaan penganiayaan!” jelas pemuda bermata teduh.

“Oooo jadi kamu majikan bangsat kecil ini !? kalau begitu kalian berdua akan kami hajar!”sahut anak muda berjaket jeans biru emosi.

“Anda jangan sembarangan tuduh! Saya hanya tidak bisa melihat penindasan atas bocah yang tidak berdaya sama sekali. Saya seorang guru SD dan juga mahasiswa. Saya bisa tuntut anda atas tuduhan sembarangan itu!” Jelas pemuda itu dengan suara tegas dan tenang. Tak ada sedikitpun rasa takut dan gentar di wajahnya. Ia sangat percaya apa yang ia lakukan.
Orang -orang itu seketika bungkam,ternyata apa yang ia tuduhkan salah.

“Jangan percaya pada omonganya !hei kalau kau benar seorang mahasiswa dan seorang guru coba mana kartumu?!”Gertak bapak berkemeja biru.

Pemuda kaos putih bermata teduh kemudian menurunkan tas ranselnya dari punggungnya lalu mengeluarkan dua kartu dari dalam tasnya dan menyerahkan pada bapak berkemeja biru sambil berkata,

“ini kalau anda tidak percaya!”

Bapak berkemeja biru itu menerima kedua kartu itu dan membacanya dengan seksama. Melihat tanda tangan rektor dan stempel keaslianya. Ia tidak berkomentar apa-apa. Ia lalu membaca kartu yang satunya ternya kartu tanda pengenal untuk guru.Asli dan masih berlaku.

“Ini Mas kartunya “ Ujar bapak berkemeja biru sambil menyerahkan kembali kedua kartu yang baru ditelitinya itu pada pemiliknya.

“Benar dia seoarang guru?”Tanya laki-laki berkumis tebal kurang percaya.

“Benar Pak, dia seorang guru SD” Jawab bapak berkemeja biru.

“Begini Mas. Sebaiknya Mas tidak usah ikut campur. Ini urusan kami dengan copet kecil ini, biarkan kami memberi pelajaran agar dia kapok!”Geram Bapak berkemeja biru. Pemuda kaos putih bermata teduh menjawab dengan tenang,

“Saya mengerti kegeraman Anda-anda semua. Saya juga pernah kecopetan. Namun sekali lagi saya ingatkan main hakim sendiri bukan cara penyelesaian yang baik. Apalagi ini sama anak kecil yang sudah tidak berdaya. Apa anda sekalian tidak kasihan padanya? Tolong lihatlah mukanya sangat pucat dan ketakutan bahkan sampai kencing di celana. Tubuhnya kurus kering kita tidak tahu entah berapa hari ia tidak makan.Kakinya berdarah penuh luka,ia meringis kesakitan.Dia seharusnya berada dirumah dalam kasih sayang orang tuanya. Apakah bapak tidak pernah punya anak kecil,dan saya rasa bapak juga pernah menjadi anak kecil. Kita tidak tahu kehidupanya latar belakangnya kenapa ia bisa menjadi anak jalanan seperti ini. Apakah ia masih punya orang tua? Ataukah ia sejak kecil di buang di dunia yang kejam ini? Kita tidak tahu apakah ia sudah belajar mengenai etika atau belum? Kita juga tidak tahu sapa yang mengajarinya mencopet? bahkan bocah itu mungkin tidak tahu kalau mencopet itu dosa atau tidak!? Coba anda semua bayangkan bila bocah itu anak kita,cucu kita, adik kita, atau keponakan kita apakah kita juga masih tetep tega melihatnya dalam keadaan seburuk ini. Lihatlah dia msh kecil,mungkin umurnya baru lima,enam atau tujuh tahun. Dia belum mengerti apa-apa. Memberi pelajaran dengan cara kekerasan hanya akan menjadikan dia semakin liar dan tidak akan memberi tahu mana hal yang benar dan mana hal salah, malah bisa membuatnya buram tentang kebenaran. Ia akan memusuhi orang di luar dirinya,merasa pesimis terhadap orang lain. Kalau bapak masih juga ingin menganiaya bocah itu silahkan, jika saya berkelahi dengan anda semua saya tidak akan bisa menang. Tapi orang-orang disekitar ini menjadi saksi bahwa anda semua orang yang tidak punya hati nurani dan tidak berperikemanusiaan. Dan saya tidak akan tinggal diam saya akan bawa masalah ini ke meja pengadilan"

Bapak berkumis masih juga geram, seolah tidak mendengar sesuatu yang telah diuraikan pemuda berkaos putih tadi. Ia malah mengumpat dengan keras sambil mata melotot,

“kamu ini sapa hah,!sok jadi pahlawan!kamu jangan coba-coba melindungi brengsek kecil ini ya, kamu minta di hajar juga apa!”

Setelah lama hanya mendegar dan memegangi dompetnya yang sudah diperiksanya dan tidak ada yang hilang satupun akhirnya gadis berjilbab yang lebih berpendidikan angkat bicara,

“Sebelumnya saya ucapankan banyak terimakasih anda-anda semua sudah menolong saya,tapi sudahlah pak, apa yang dikatakan Mas ini ada benarnya juga. Biarlah copet kecil ini biar Mas ini yang mengurus apalagi Mas ini seorang guru SD tentunya lebih tau cara menangani anak-anak”

Gadis berjilbab itu lantas meminta orang-orang bubar. Bapak berkumis dan laki-laki berkemeja biru akhirnya menurut juga setelah gadis berjilbab menjelaskanya tentang kemanusiaan. Kemudian gantian anak muda berjaket jeans pun ikut bubar di ikuti orang-orang yang tadinya melihat satu persatu meninggalkan bocah dan pemuda itu. Sebelum pergi gadis berjilbab itu mendekati pemuda berkaos putih yang punya mata teduh seraya berkata,

“Maafkan kekasaran kami tadi. Kenalkan nama saya Aanisah!”

Gadis berjilbab menangkupkan kedua tanganya di depan dada. Ia penasaran ingin tau siapa nama pemuda yang baik budi pekertinya itu. Pemuda bermata teduh membalasnya dengan menangkupkan kedua tanganya di atas dada juga sambil berkata. “Senang berjumpa anda .maaf atas apa yang telah diperbuat oleh bocah ini dan terimakasih atas bantuan anda memberikan penjelasan pada mereka. Nama saya Aqil"
Gadis berjilbab itu tersenyum sambil memandang wajah pemuda itu, subhanallah matanya begitu teduh, bulu matanya lentik indah,dia juga baik budinya sepertinya namanya, gumamnya dalam hati setelah bertatapan mata dengan pemuda itu. Gadis berjilbab kemudian mengucapkan terimakasih dan lalu pergi.

Pemuda kaos putih bermata teduh lalu jongkok memeluk bocah tadi yang pucat pasi karna ketakutan. Ia memeluk bocah itu dengan kasih sayang sambil mengelus-elus rambutnya kumal yang kemerahan. Ia tidak peduli tubuh dan pakaian bocah itu baunya menyengat. Rasa sayangnya mengatasi segalanya. Ia tidak merasakan perbedaan bocah itu dengan anak-anak yang di ajarnya di tempatnya mengajar semua di rasakan penuh kasih sayang.

Pemuda bermata teduh melepaskan pelukkanya. Ia memandang wajah pucat di hadapannya dalam-dalam, wajahnya oval, matanya bulat, hidungnya imut, alisnya tipis,bibirnya tipis, kulitnya sawo matang dan kering, mungkin karena terlalu sering terkena matahari. Sebenarnya bocah ini sangat manis. Mungkin karna kusut, dekil jadi bocah ini tampak liar. “Nama adik sapa?” tanyanya sambil tersenyum. Bocah itu masih diam seribu bahasa. Keningnya berkerut. Raut mukanya menyiratkan keraguan. Matanya menatap tajam sosok bermata teduh yang baru saja menolongnya. Seketika ia merasa nyaman teduh. Pemuda kaos putih bermata teduh bisa menyelami apa yang ada dalam bocah kecil itu. Dunia yang dialaminya selama ini adalah dunia yang penuh ketidakpercayaan dan kecurigaan. Dunia anak-anak jalanan yang jauh dari ketenangan dan keamanan.

“Adik tidak percaya sama kakak? Apakah wajah kakak seperti orang jahat yang akan menyakitimu.?”Tanya pemuda kaos putih bermata teduh. Ia mengambil sapu tangan dari saku belakang celananya dan mengusap darah yang masih mengucur di lutut bocah itu.

“Kenapa kakak tolong aku”bocah itu membuka suara

“Karena kakak sayang sama adik dan tidak tega kalau sampai adik dipukuli” jawab pemuda itu sambil mengusap darah yang masih menetes di lutut bocah itu.

“Orang-orang semua benci padaku.kenapa kakak sayang padaku?”

“karena adik anak baik,anak yang manis dan pantas disayangi”

“Kenapa aku pantas disayangi padahal orang-orang sering membentakku. Katanya aku ini setan kecil tidak pantas disayangi!”

“Orang-orang yang membentakmu itu keliru. Mereka semua salah. Kamu anak yang baik dan pantas untuk disayangi.”

“Benarkah kakak menyayangiku?”

“benar. Kalau tidak tentu kakak tidak akan menolongmu. Dan membiarkanmu dipukuli orang-orang itu”

“Meskipun aku seorang pencopet?”

“Ya meskipun kata orang-orang kau pencopet”

“Meskipun aku setan kecil yang nakal?”

“Ya meskipun kata orang kau setan kecil yang nakal dan pencopet. Tapi bagi kakak kau bukan seperti itu!”

“Lantas apa aku ini menurut kakak?”

“kau adalah adikku yang baik”

“Kakak sungguh baik .aku belum pernah menemukan orang sebaik kakak. Kakaku saja tidak sebaik kakak”

“Adik nanti bisa menjadi orang yang lebih baik dari pada kakak insyallah. Oh ya adik masih punya kakak? Dimana sekarang?”

“Nggak tahu dia sekarang ada dimana, hidup atau mati juga tidak tahu! Kakaku pergi sudah 1 tahun belum kembali dia tidak tahan karna harus mengurusiku, kakaku juga yang mengajariku cara mencopet!”


“Kalau bapak dan ibunya adik ?”


“katanya kakakku bapak dan ibu sudah meninggal ketika aku umur 4 tahun”

“Adik yang kuat ya dan Insyallah kakaknya adik nanti juga pulang. O ya namanya adik sapa?”

“Faa’iq”

“Namanya yang bagus. Insyaallah kakak yakin kelak adik jadi anak yang istimewa seperti namanya adik”

Mata bocah kecil itu berbinar-binar.

“Kak?

“Ya ada apa Faa’iq?”

“Pandanglah aku?”

Pemuda kaos putih bermata teduh memandang faa’iq lekat-lekat. Faa’iq tersenyum dan berkata,

“Kakak sangat tampan. Mata kakak teduh,indah dan nyaman. Aku ingin hidup di mata kakak aku pasti merasa teduh dan nyaman!” Andai Aku bisa hidup di mata kakak aku pasti jadi indah,teduh dan nyaman."

3 comments:

Itsuki mayang story from her lower Heart said...

hiks hiks terharu membaca tulisan dr guru olahragaku ini hiks hiks

Itsuki mayang story from her lower Heart said...

itsuki= Mayang astri ya paak

Rama Erbakan said...

trims may,eh salah itsuki :D